Saturday, June 4, 2022

Saat ini

Musik rap dan putaran kipas angin

sebatang rokok dan sofa lusuh

wahai jiwa-jiwa yang berharga bagi jiwaku

saat ini aku jauh dari kalian

ketika aku pulang, tolong aku dimaafkan

karena telah meragukan ke maha kuasaan dzat yang telah menciptakan kalian.

dan terimakasih karena kalian sudah sabar mendampingiku, yang telah membawa kalian dalam hidup yang terseok-seok. 


Tuesday, December 3, 2019

Kangen Mama

Mama
Kapada kandunganmu aku ingin kembaliMerasa hangat dan terlindungi.
Kepada pangkuan mu aku ingin pulang
Menyembuhkan segala ngilu ditulang.

Mama
Dunia memang pekat
Berkali-kali nafasku tercekat
Hidup memeng carut marut
Berkali-kali aku tersudut

Mama
Aku disini, pada jalan yang engkau restui
Menundukan badan tatkala badai menghampiri
Menengadahkan tangan, meminta tuhan mengampuni
Bertekuk lutut pada cinta yang menyambangi
Menangis saat mengingat paras mu, letih diremas hari

Mama
Dunia terkadang abu-abu
Aku anak mu, terkadang  terantuk batu
Dunia terkadang tuli
Aku anak mu, terkadang kehilangan rasa perduli

Mama
Kepada kedua tangan mu,
Ingin aku persembahkan langit
Ingin aku persembahkan bumi
Ingin aku persembahkan lautan
Ingin aku persembahkan dunia
Tapi mama, aku bukan tuhan
Jadi ijinkan saja aku membasuh kedua telapak kaki mu, perlahan-lahan

Friday, April 20, 2018

Stanza, kamu .....

Angin,
adalah senyawa tak berupa
adalah tidak berbentuk
adalah inkonsistensi
adalah ketidak pastian
adalah sirna.

Sirna,
adalah padanan
adalah gradasi
adalah siluet
adalah hilang perlahan-lahan
adalah abu

Abu,
adalah penghabisan, dari belukar atau kayu yang dibakar,
adalah kekalahan mutlak yang tak lagi bisa menemukan bentuk
adalah kamu, yang akan perlahan-lahan hilang dari aku
jika terus – menerus kau hadapkan aku pada ketidakpastian.

Kepada mu Peremuan Ku


Sungguh

hitam menjejakan kaki di setiap waktu dan jalan dan aku takut

ketakutan tak kunjung usai,
engkau yang dianugrahi jemari kelembutan, tolong aku batin dan jiwaku
setidaknya berjalanlah di sampingku

Sungguh
resah berkecamuk, menarik napas tertunduk
menggigil gejolak beribu dendam.
engkau yang dianugrahi syahdu cahaya berjuta, selimuti aku sukma dan ragaku
jika bukan perapian setidaknya genggam jemariku.

Kepada laut biru tempat segala pencarian berkahir berbaur
setelah lelah mengarungi berkelok - kelok urat jaman menjadi renta
menyeret gejolak semangat mengalir berlari, akhirnya terkalahkan waktu sang pencuri ...

Kepadamu perempuan ku
yang telah mewarnai ruang paling pribadi bernama " lamunan "
yang telah mengikat dengan penuh nikmat,
Tempat embun pagi,hujan,bintang jatuh,daun kering dan  jiwaku menjalani takdir
engkau perempuan bunda pertiwi tempat segala jiwa akhirnya bersemayam
dimana seribu bunga tumbuh dari napas kasih sayangmu.

Kepadamu perempuanku .... Cintaku ......

Sudah sayang ...... kamu adalah peraduan 

Tuesday, March 7, 2017

Ranu Kumbolo

Disampingmu tertunduk mendaki waktu
ini aku, jangan lagi kau hadapkan aku pada kata tidak mau tahu
seperti kerikil disepanjang jalan pendakian kaku dan dingin
seperti coretan arang hitam purba tanpa laku dan kata

Disampingmu menghela nafas

jalan dihadapan kita terjal, berkelok dan panas
sebatang pohon dengan dahan rapuh untuk kita berteduh
untuk sementara ini yang kita miliki sampai keyakinan kita penuh

Wednesday, November 30, 2016

Tidak Juga

Telah aku serahkan tanganku untuk dibelenggu,
membiarkan jemarimu melukis apa saja,sekedar saja di jiwaku,
sebagai bahan pengharapan kita kembali bertemu.

aku pergi membentang layar ditiup angin rapuh
dalam kelam ombak dan suara pengembara udara riuh
ini pun tak cukup, meski telah kering peluh
tak juga untuk mu atau yang lainnya.



Januari 2005

Binal

Ini kali aku kembali tenggelam
Rasa, batin
melepaskan napas – napas binatang, berlarian
Binal jangan terlalu banyak bicara aku kesepian
Kumandikan kamu dengan peluh dan sumpah serapah
Celakalah aku, batinku telah kalah menyerah dalam denyut nadimu.


                                                                                 Samarinda September 2003